Ibadah Jemaat
Ibadah dapat kita pahami sebagai salah satu sarana
yang dapat kita gunakan untuk membangun suatu persekutuan dengan Tuhan. Hal ini
mungkin juga telah lama kita kenal sebelumnya. Umat Kristiani biasanya
melakukan ritual peribadahannya pada hari Minggu, walaupun banyak agama-agama
lain yang melakukan peribadahan pada hari-hari tertentu lainnya.
Pada sajian kita kali ini, kita akan membahas mengenai
bagaimanakah ibadah jemaat itu sendiri. Semoga sajian ini dapat lebih menambah
wawasan kita untuk kedepannya.
Di
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menjelaskan makna ibadah adalah suatu
perbuatan (amal) untuk menyatakan bukti kepada Allahyang dilandasi ketaatan, mengerjakan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya. Sedangkan jemaat merupakan kumpulan orang-orang yang
beribadah.[1]
Dalam
kitab PB kata “jemaat” digunakan untuk menjadi padanan kaata yunani “ekklesia”,
yaitu istilah biasa yang dipakai bagi pertemuaan orang Kristen, yang menyatakan
hubungan mereka saatu dengan yang lain karena komitmen bersama merekaa terhadap
Kristus.[2] di
dalam PL ibadah dilakukan dengan suatu sikap hormat kepada Allah (Kel. 20:1-6)
yang dinyatakan dalamgerak isyarat dan perkataan tepat, pantas, tetapi jug
dituntut oleh para nabi dalam sikap perbuatan
dan hidup.[3]
Jadi,
dapat dikatakan bahwa ibadah dilakukan oleh jemaat kepada Allah, sehingga kita
dapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ibadah jemaat adalah suatu
pertemuan antara Allah dengan jemaat. Dalam pertemuan itu berlangsung semacam
“dialog”. Allah berfirman dan jemaat mendengar, Allah memberi dan jemaat
menerima serta mengucap syukur, Allah mengampuni dan jemaat memuji nama-Nya.[4]
Oleh karena itu dalam kaitan ini ada beberapa hal yang penting, yaitu:
1. Ibadah
jemaat merupakan suatu pertemuan yang terbuka. Ibadah jemaat bukanlah
perkumpulan kultus. Ia umumnya diadakan pada Hari Minggu, hari kebangkitan
Tuhan Yesus, tetapi ia tidak terpisah dari ibadah pada hari-hari kerja. Dalam
Perjanjian Baru tidak terdapat suatu istilah yang jelas, terbatas tentang
ibadah Kristen. Hal ini dikarenakan karena batas antara ibadah jemaat dan
kehidupan setiap hari dalam ibadah jemaat pertama ialah cair. Begitu cair,
sehingga yang satu tidak dapat kita bedakan dengan jelas daripada yang lain.
Sehingga ibadah jemaat dalam Perjanjian Baru ialah ibadah yang komparatif
merangkum seluruh hidup manusia sehingga nyatalah bahwa ibadah jemaat ialah pertemuan yang terbuka,
dan ibadah jemaat bukanlah perkumpulan kultus. Kita terlampau memberi banyak
sugesti kepada diri sendiri, bahwa pertemuan “ibadah” jemaat pada dasarnya adalah suatu puji-pujian kepada
Allah, suatu worship dimana kita sekarang tidak mendapatkan bagian di dalam
kidung pujian yang dalam Surat Yohanes dipersembahkan kepada Dia tetapi kita
terlampau sedikit menginsafi bahwa ibadah itu merupakan suatu pelayanan bagi
orang-orang yang akan mewarisi keselamatan. Sehingga ibadah dan pelayanan (di
dalam diakonia dan marturia) tetap akan erat berhubungan dan inilah yang
menyatakan bahwa ibadah jemaat itu adalah pertemuan yang terbuka.
2. Seluruh jemaat harus turut mengambil bagian di
dalam ibadah, bukan saja reseptif tetapi juga secara aktif. Disebutkan demikian
karena anggota jemaat itu sendiri adalah tubuh Kristus. Konkritnya, hal itu
berarti bahwa ia harus mendapatkan
kesempatan untuk turut mengambil bagian yang aktif di dalam ibadah.
3. Bentuk-bentuk
yang diperbaiki dalam ibadah jemaat haruslah relevan seperti yang kikta
ketahui, bentuk-bentuk tata kebaktian yang dipakai dalam ibadah-ibadah jemaat
pada waktu inin diambil alih, dengan atau tanpa perubahan, dari gereja-gereja
di Barat, terutama di Nederland. Hal ini tidak ada salahnya, jika sekiranya
bentuk-bentuk tata kebaktian yang kita ambil alih itu dalam situasi kita
disini, dapat menjadi alat komunikasi yang baik bagi jemaat.[5]
2.2. Unsur-unsur dalam Ibadah Jemaat
Untuk
melakukan pertemuan antara jemaat dengan Allahnya, maka setiap jemaat akan
berkumpul didalam suatu tempat yang
sering disebut gereja. Jemaat berkumpul untuk memelihara persekutuan
dengan Tuhannya. Di dalam ibadah yang dilakukan jemaat, Tuhan datang dengan
memberikan diri-Nya dan jemaat menjawab pemberian Tuhan.
Adapun
yang menjadi unsur-unsur di dalam pelaksanaan ataupun penyelanggaraan di dalam
ibadah jemaat menurut buku Jemaat
Beribadah I karangan Liem Khiem Yang yaitu:[6]
1. Persiapan
Persiapan sering kali
dianggap hanya sebagai tugas dari pendeta dan majelis jemaat di ruang
konsistori (ruang persikapan) sebelum ibadah dimulai, padahal tidaklah
demikian, karena persiapan itu berlaku untuk seluruh jemaat. Persiapan ini
dapat dilakukan dengan segera berdoa ketika masuk ke dalam gereja agar jemaat
mempersiapkan dirinya untuk mengikuti ibadah tersebut, mengarahkan hati dan
pikirannya kepada Tuhan.
2. Votum, Salam, dan Introitus
Menurut Kuyper, votum
itu bukan doa melainkan suatu keterangan hikmat. Maksud votum ialah untuk
mengkonstatir hadirnya Tuhan Allah di tengah-tengah umat-Nya. Oleh karena itu
votum harus di ucapkan pada permulaan kebaktian.[7]
Votum diucapkan oleh pendeta dengan mengucapkan “Di dalam nama Allah Bapa,
Anak, dan Roh Kudus” kemudian votum diaminkan oleh jemaat. Sesudah itu
disampaikan salam menurut salam keristen seperti yang terdapat di dalam
surat-surat Paulusdi Alkitab Perjanjian Baru. Salam yang terdapat di dalam
Perjanjian Baru misalnya seperti “Kasih
karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan
Yesus Kristus (Rom 1:7)”. Sesudah votum dan salam banyak gereja memakai unsur
ketiga yang disebut introitus. Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan
atau tanpa nats pendahuluan.[8]
3. Pengakuan Dosa dan Pemberitaan
Anugerah
Pengakuan dosa dalam hal ini disebut
juga confession, yaitu pengakuan atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Seringkali karena pengakuan dosa ini dilakukan setiap Minggu, maka mudah sekali
dianggap menjadi sekedar kebiasaan saja. Tapi yang seharusnya adalah hendaklah
kita melakukannya dengan segenap hati, maka jalan pengakuan dosa ini akan besar
manfaatnya bagi kehidupan kita. Rumus yang digunakan untuk pengakuan dosa
bermacam-macam bentuknya, ada yang dikutip langsung dari Alkitab (mis: Mzm.
25;51;130; Yes. 59;12-13;63-64; Rom. 7). Setelah pengakuan dosa ini diucapkan
maka selanjutnya adalah pemberitaan anugerah sebagai suatu permohonan
pengampunan. Dalam kebaktian reformatories, pengakuan dosa dan pemberitaan
anugerah ini dilakukan didua tempat yakni sebelum khotbah atau sesudah khotbah.[9]
4. Doa, Pembacaan Alkitab dan Khotbah
(Pemberitaan Firman Allah)
Doa tentulah penting
didalam ibadah. Melalui doa kita memohon kepada Tuhan agar memberikan Roh
Kudusnya sebagai penerang yang menerangi isi firmanNya yang disampaikan melalui
pembacaan Alkitab dan khotbah. Pembacaan Alkitab disini berarti membaca Alkitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Yang dimaksud dengan khotbah ialah bukan
saja firman yang diberitakan melainkan juga firman yang dibacakan. Firman Allah
yang pengkotbah harus sampaikan kepada jemaat itu bukan hanya perkataan saja,
tetapi juga perbuatan.
5.
Pengakuan Iman
Pengakuan iman
mempunyai fungsi sebagai rangkuman injil dan juga sebagai jawab jemaat atas
firman yang diberitakan.[10]
6. Doa
Syafaat
Yang dimaksud dengan
doa syafaat yang sering juga disebutkan sebagai doa umum atau doa pastoral ialah
doa yang diucapkan oleh jemaat untuk semua orang di dunia. Doa syafaat biasa
diucapkan oleh pemimpin ibadah atau oleh salah seorang dari pelayan-pelayan
jemaat. Tetapi diatur sedemikian rupa sehingga jemaat bisa berpartisipasi di
dalamnya. Dengan jalan itu doa syafaat tetap berfungsi sebagai doa jemaat.[11]
7. Pemberian
Jemaat (Persembahan)
Yang dimaksud dengan
pemberian jemaat atau persembahan jemaat ialah apa yang di dalam gereja-gereja
di Indonesia disebut kolekte atau korban. Kolekte biasanya dikumpulkan satu
kali dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi ada juga yang mengumpulkannya dua atau
tiga kali.[12]
8. Nyanyian
Jemaat
Nyanyian jemaat
menduduki tempat yang penting di dalam suatu ibadah. Bernyanyi dengan suara
yang bagus atau merdu bukanlah merupakan syarat mutlak. Tuhan Allah lebih suka
mendengarkan suara nyanyian yang tidak merdu tetapi dinyanyikan dengan segenap
hati daripada dinyanyikan dengan suara merdu tetapi tidak dari hati. Walaupun
demikian, jemaat harus berusaha untuk bernyanyi sebaik mungkin.[13]
9. Pengutusan
dan Berkat
Bagian akhir dari ibadah jemaat
disebut juga dengan pengutusan dan berkat. Tempat jemaat adalah di dunia ini
sehingga ke dalam dunia inilah jemaat diutus kembali, setelah untuk beberapa
waktu berkumpul bersama. Di dunia itulah jemaat harus berbuah setelah
bersama-sama memelihara persekutuannya dengan Tuhan di dalam ibadah.[14]
J. L. Ch. Abineno, Jemaat, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1987
J. L. Ch. Gereja dan Ibadah Gereja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986
J. L. Ch.
Abineno, Sekitar Teologi Praktika I, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002
Liem Khiem Yang, Jemaat Beribadah I, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1999
[6]
Liem Khiem Yang, Jemaat Beribadah I, (Jakarta:
BPK-GM, 1999), hlm. 6
[7]J.
L. Ch, Abineno, Unsur-unsur Liturgika
Yang Dipakai Gereja di Indonesia, hlm. 2
[8]
J. L. Ch, Abineno, Unsur-unsur Liturgika
Yang Dipakai Gereja di Indonesia, hlm. 9-10
[9]
J. L. Ch, Abineno, Unsur-unsur Liturgika
Yang Dipakai Gereja di Indonesia, hlm. 17-20
No comments:
Post a Comment