Pemilik kebaikan
Seorang lelaki yang sudah berumur
menceritakan kisahnya yang menerima banyak kebaikan dari orang-orang Kristen
ketika dia sedang di rumah sakit. Ada yang mengantarkan makanan, mendoakan,
memberikan bantuan dalam bentuk dana. Bahkan ada yang rela hati mengurus semua
pekerjaan di rumahnya seperti menyiram tanaman, memotong rumput dan
membersihkan rumah.
Ada juga sebuah cerita tentang
seorang anak gadis yang memberikan tempat duduk untuk penumpang yang tidak
kedapatan tempat duduk karena sudah penuh. Ia melakukan itu bukan karena ingin
dipandang sebagai orang yang baik tetapi karena kasih, dan kebaikan hati yang
sudah mengalami kasih Tuhan, ada juga kisah tentang seorang pria pemilik sebuah
rumah makan yang rela memberikan secara Cuma-Cuma kepada seorang mahasiswa yang
tidak mampu untuk membayar makanan di rumah makannya tersebut. Ia melakukannya
dengan lemah lembut dan bersungut-sungut, dan dilakukan tidak hanya sekali, tetapi
ia melakukan itu karena mengalami kasih
Tuhan dan kebaikan hatinya.
Tetapi yang penting saudara,
terkadang dalam kehidupan kita ini ada banyak hal-hal yang membuat kita enggan
untuk berbuat baik, enggan menunjukkan kebaikan hati kita karena kita takut
menjadi dibohongi, takut dianggap remeh, dan juga kita takut kalau-kalau kita menjadi
rugi dan bangkrut. Kebaikan hati
menyangkut ketulusan, ketulusan itu berarti ikhlas tanpa berharap mendapatkan
imbalan yang lebih besar lagi dari Tuhan. Karena kalau demikian kita akan
terjebak dalam sebuah jaring yang mengelabui pikiran kita menjadi seorang yang
ragu-ragu dan tidak percaya kepada Tuhan.
Berbuat baik memang tampak
sepele, karena sepertinya tidak menguntungkan dan hanya membuat kita membuang
sesuatu yang sudah kita cari selama ini dengan susah payah. Kembali kita
membahas mengenai kebaikan hati seorang pemilik rumah makan yang pada akhirnya
Tuhan membahas kebaikan hatinya pada saat 20 tahun kemudian yakni mahasiswa
yang pernah dibantu oleh pemilik rumah makan. Setelah sukses menjadi seorang
penguasa yang kaya ia datang berkunjung ke tempat pemilik rumah makan tersebut
yang tidak mengenal lagi bentuk wajahnya. Pengusaha tersebut datang dan
bertanya, “ apakah bapak mau pindah dari tempat ini, karena tempat ini sudah
saya beli!”. Pemilik rumah makan tersebut kemudian heran dan terkejut kenapa
tiba-tiba tempatnya dibeli oleh orang lain tanpa sepengetahuannya. Tetapi
sebelum pemilik rumah makan tersebut menjawab, sang pengusaha menjawa bahwa
mereka akan dipindahkan ke sebuah tempat yang lebih mewah, besar dan semua
peralatan alat masak dan prasarananya sudah lengkap. Kemudian pengusaha
tersebut menceritakan bahwa dialah mahasiswa yang dahulu pernah ia tolong lewat
makanan yang diberikan secara Cuma-Cuma. Dengan wajah heran dan tidak percaya
sang bapa pemilik rumah makan tersebut meneteskan air mata, dan memeluknya.
Apa yang dapat kita lihat di sini
bahwa kebaikan itu hendaknya dilakukan dengan keikhlasan dan ketulusan tanpa
berharap ada imbalan sebab kasih itu adalah kasih. Karena Tuhan akan membalas
kebaikan orang yang memberi dengan sukacita itu lebih besar. Allah membalas
kebaikan kita tidak pada saat yang kita inginkan tetapi pada saat yang tidak
kita duga. Kebaikan TUHAN bisa saja di tempat yang berbeda, waktu yang berbeda
dan lewat orang yang berbeda. Amin
“KASIH ITU SABAR; KASIH ITU MURAH HATI” (1 Kor.13:4)
No comments:
Post a Comment