Penulis adalah lulusan dari sekolah teologi yang memiliki kerinduan untuk menulis dan berbagi.

Wednesday, 21 September 2016

pemilik kebaikan (ilustrasi)



Pemilik kebaikan
                   Seorang lelaki yang sudah berumur menceritakan kisahnya yang menerima banyak kebaikan dari orang-orang Kristen ketika dia sedang di rumah sakit. Ada yang mengantarkan makanan, mendoakan, memberikan bantuan dalam bentuk dana. Bahkan ada yang rela hati mengurus semua pekerjaan di rumahnya seperti menyiram tanaman, memotong rumput dan membersihkan rumah.
                Ada juga sebuah cerita tentang seorang anak gadis yang memberikan tempat duduk untuk penumpang yang tidak kedapatan tempat duduk karena sudah penuh. Ia melakukan itu bukan karena ingin dipandang sebagai orang yang baik tetapi karena kasih, dan kebaikan hati yang sudah mengalami kasih Tuhan, ada juga kisah tentang seorang pria pemilik sebuah rumah makan yang rela memberikan secara Cuma-Cuma kepada seorang mahasiswa yang tidak mampu untuk membayar makanan di rumah makannya tersebut. Ia melakukannya dengan lemah lembut dan bersungut-sungut, dan dilakukan tidak hanya sekali, tetapi ia melakukan itu  karena mengalami kasih Tuhan dan kebaikan hatinya.
                Tetapi yang penting saudara, terkadang dalam kehidupan kita ini ada banyak hal-hal yang membuat kita enggan untuk berbuat baik, enggan menunjukkan kebaikan hati kita karena kita takut menjadi dibohongi, takut dianggap remeh, dan juga kita takut kalau-kalau kita menjadi rugi dan bangkrut.  Kebaikan hati menyangkut ketulusan, ketulusan itu berarti ikhlas tanpa berharap mendapatkan imbalan yang lebih besar lagi dari Tuhan. Karena kalau demikian kita akan terjebak dalam sebuah jaring yang mengelabui pikiran kita menjadi seorang yang ragu-ragu dan tidak percaya kepada Tuhan.
                Berbuat baik memang tampak sepele, karena sepertinya tidak menguntungkan dan hanya membuat kita membuang sesuatu yang sudah kita cari selama ini dengan susah payah. Kembali kita membahas mengenai kebaikan hati seorang pemilik rumah makan yang pada akhirnya Tuhan membahas kebaikan hatinya pada saat 20 tahun kemudian yakni mahasiswa yang pernah dibantu oleh pemilik rumah makan. Setelah sukses menjadi seorang penguasa yang kaya ia datang berkunjung ke tempat pemilik rumah makan tersebut yang tidak mengenal lagi bentuk wajahnya. Pengusaha tersebut datang dan bertanya, “ apakah bapak mau pindah dari tempat ini, karena tempat ini sudah saya beli!”. Pemilik rumah makan tersebut kemudian heran dan terkejut kenapa tiba-tiba tempatnya dibeli oleh orang lain tanpa sepengetahuannya. Tetapi sebelum pemilik rumah makan tersebut menjawab, sang pengusaha menjawa bahwa mereka akan dipindahkan ke sebuah tempat yang lebih mewah, besar dan semua peralatan alat masak dan prasarananya sudah lengkap. Kemudian pengusaha tersebut menceritakan bahwa dialah mahasiswa yang dahulu pernah ia tolong lewat makanan yang diberikan secara Cuma-Cuma. Dengan wajah heran dan tidak percaya sang bapa pemilik rumah makan tersebut meneteskan air mata, dan  memeluknya.
Apa yang dapat kita lihat di sini bahwa kebaikan itu hendaknya dilakukan dengan keikhlasan dan ketulusan tanpa berharap ada imbalan sebab kasih itu adalah kasih. Karena Tuhan akan membalas kebaikan orang yang memberi dengan sukacita itu lebih besar. Allah membalas kebaikan kita tidak pada saat yang kita inginkan tetapi pada saat yang tidak kita duga. Kebaikan TUHAN bisa saja di tempat yang berbeda, waktu yang berbeda dan lewat orang yang berbeda. Amin
KASIH ITU SABAR; KASIH ITU MURAH HATI” (1 Kor.13:4)

No comments:

Post a Comment