Menyajikan kepada anda artikel dan bahan bacaan khususnya renungan Kristen dan lainnya yang akan menambah semangat untuk menjalani hidup anda dan pastinya membuat anda menjadi pemenang di tengah kehidupan anda yang sulit. :):):)
Penulis adalah lulusan dari sekolah teologi yang memiliki kerinduan untuk menulis dan berbagi.
Thursday, 15 September 2016
Mazmur 139:1-12
Mazmur 139:1-12
Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku (Mazmur 139:1)
Mary menerima kodok keramik dari rekan sekerjanya sebagai hadiah ulang tahun. Ia memajangnya di meja sehingga dapat dilihat semua orang. Sebagian teman kantornya mulai berpikir, ia pasti suka kodok, jadi mereka mulai memberinya barang-barang berupa kodok untuk Natal, ulang tahun, dan perayaan-perayaan khusus. Ruang Mary segera dipenuhi "barang-barang kodok" -- pena, lilin, post-it [memo tempel], poster, cangkir kopi.
Setelah Mary meninggalkan perusahaan, seorang teman bertanya kepadanya, apa yang dilakukannya dengan kodok-kodok itu. Ia menjawab, "Sebenarnya saya tidak suka kodok, jadi semuanya saya berikan kepada orang lain." Orang-orang lain bermaksud baik terhadap kita, namun mereka tidak selalu mengenal kita dengan baik. Mereka tidak akan pernah mengenal kita seperti Allah mengenal kita. Bagi Dia, kita adalah buku yang terbuka -- tak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Mazmur 139 mengatakan:
Kita Tak Bisa Bersembunyi dari Pandangan Tuhan
Apa yang melatarbelakangi pengakuan dosa Daud dalam Mazmur 51? Kekuasaan dan kenyamanan membuat Daud lupa diri, sehingga dia menyuruh orang untuk mengambil Batsyeba, istri Uria, serta berhubungan seks dengan wanita itu, sehingga Batsyeba hamil. Karena usahanya untuk membuat Batsyeba nampak hamil dari hasil hubungan dengan Uria gagal, Daud berusaha membunuh Uria agar dia tetap kelihatan baik di mata rakyatnya. Dengan bantuan Yoab, panglima perangnya, Daud menempatkan Uria di barisan depan dalam peperangan sehingga Uria terbunuh. Setelah Uria gugur, Daud mengambil Batsyeba sebagai istrinya. Dengan taktik tersebut, Daud berharap bahwa rakyat tidak bisa melihat kebusukannya (2 Samuel 11). Akan tetapi, Daud tidak bisa menutupi kebusukannya di depan Tuhan. Tuhan mengetahui seluruh pikiran dan perbuatan Daud sehingga Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur Daud. Setelah mendengar teguran Tuhan melalui nabi Natan, Daud menyesal, bertobat, dan mengaku dosa di hadapan Tuhan. Dalam bacaan hari ini, Daud meminta agar Tuhan mentahirkan dirinya (51: 4, 9, 12).
Walaupun kita bisa menutupi kebusukan kita di depan manusia, harus disadari bahwa kita tidak bisa menyembunyikan apapun di hadapan Tuhan yang Mahatahu (Mazmur 139:1-12; Ibrani 4:13). Tuhan mengenali seluruh pikiran dan perbuatan kita yang berdosa dan Tuhan menunggu agar kita datang kepada-Nya dengan jiwa yang hancur untuk mengakui semua dosa kita (Mazmur 51:19). Bila kita mengakui semua dosa kita, Tuhan akan membersihkan hati nurani kita dan membebaskan kita dari belenggu rasa bersalah (1 Yohanes 1:9). [H/P]
Mazmur 139:23-24 “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”
Keunikan pengalaman Kristiani bersifat fundamental dan esensial, selain juga tentunya bersifat individual dan subjektif. Keunikan pertama terletak pada natur pengalaman Kristiani itu sendiri, yaitu: pengalaman bergaul dengan satu-satunya Allah yang hidup, yang menyatakan diri-Nya sebagai “TUHAN,” Allah yang esa dan sejati yang kita kenal di dalam Kristus itu. Ia adalah Allah yang mendekatkan diri-Nya dan menjalin relasi pribadi dengan kita. Bukan Allah menurut konsep manusia yang hanya bertahta di singgasana imajinasi manusia. Namun, Ia adalah Allah yang berinkarnasi, aktif menyatakan diri-Nya secara pribadi kepada orang-orang yang dipilih-Nya, dan menjalin relasi dengan umat-Nya. Ia adalah “TUHAN” yang “menyelidiki dan mengenal aku,” yang “mengetahui,” “mengerti pikiranku dari jauh,” dan “memeriksa aku.” Ia adalah “Allahku,” bukan sekedar “konsepku” atau “pikiranku” tentang Allah.
Keunikan kedua, buah dari keunikan pertama, adalah hadirnya transformasi hidup secara utuh. Pengalaman bergaul dengan Allah yang hidup akan membawa seseorang masuk ke dalam dimensi spiritual yang belum pernah dikenali dan dialami sebelumnya. Sebagaimana air memancar keluar dari mata air, maka hidup yang baru (bukan semata aspek kognitif atau kebiasaan hidup) juga mengalir dari roh yang diperbarui melalui pergaulan dengan Allah ini. Pergaulan ini melibatkan totalitas hidup manusia sedemikian rupa sehingga kemahatahuan dan kemahahadiran Allah itu tidak hanya hadir dalam pikiran, namun dihayati dan termanifestasi dalam perasaan dan tingkah laku sehari-hari. Ketika menghayati kemahatahuan dan kemahahadiran Allah, pemazmur berseru: “Sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. … ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” Betapapun bagusnya bahasa rohani yang membungkus tingkah laku rohani seseorang, tapi jika tidak kembali kepada hidup Alkitabiah, semua itu hanya religiusitas lips-service dan antroposentris yang tidak lebih daripada fenomena kejiwaan manusia. Sebaliknya, hidup Kristiani sejati adalah kehidupan yang selalu dipersembahkan (Rm. 12:1-2) di hadapan dan hadirat Allah yang mahahadir (Luther: “coram Deo”), dan apapun yang kita lakukan selalu “berurusan dengan Allah” (Calvin: “negotium cum Deo”). Lihat Yusuf (Kej. 39:8-9)!
Keunikan ketiga, manifestasi keunikan kedua, adalah munculnya rasa takut akan Tuhan, rasa takut berbuat dosa, dan ketulusan hati sebagai wujud penghayatan akan kemahatahuan dan kemahahadiran Tuhan. Pemazmur menyadari bahwa sekalipun manusia berdosa telanjang di hadapan Allah yang mahatahu dan mahahadir, namun manusia berdosa masih sering berusaha untuk “menyemat daun pohon ara dan membuat cawat” bagi dosa dan agenda pribadi. Seseorang yang memiliki pengalaman kepada Allah yang otentik akan senantiasa dibawa kepada rasa ketelanjangan, dan pada saat yang sama kerinduan untuk senantiasa disucikan dan dimurnikan. “Selidikilah aku,” “ujilah aku,” dan “tuntunlah aku di jalan yang kekal” akan senantiasa menjadi doa bagi orang-orang yang bergaul dengan Allah yang sejati. Tidak disangkali, seseorang yang hendak menyembah Allah “dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:24) harus menumbuhkembangkan kepekaan akan kemahatahuan dan kemahahadiran Allah ini.
Labels:
bahan kotbah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment