Penulis adalah lulusan dari sekolah teologi yang memiliki kerinduan untuk menulis dan berbagi.

Thursday, 27 October 2016

istilah Guru



Pengertian Guru  Secara Umum                 
          Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  (KBBI) guru adalah orang yang kerjanya mengajar.[1] Guru  dalam arti secara umum dikatakan, guru adalah pendidik atau pengajar  pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti itu harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam Defenisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.[2] Menurut Sardiman guru adalah komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.[3] Pendidik bagi Sekolah Minggu disebut guru Sekolah Minggu. Guru Sekolah Minggu bertujuan untuk membantu anak-anak menjadi dewasa dalam iman. Seorang guru Sekolah Minggu lebih sering disebut seorang pengajar atau pendidik.  Dalam kitab injil Tuhan Yesus memberi khotbah kepada  massa yang belum menjadi murid-Nya, dan mengajar murid-murid-Nya (Mat 13:3, 36; Kis 2:42).[4]
Adapun pendapat yang dikutip oleh Daniel Stepanus menegaskan bahwa Yesus adalah seorang guru. Ada bukti yang menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang guru, yaitu:[5] Sebutan yang paling banyak digunakan untuk Yesus dalam keempat injil adalah didaskalos, yaitu Guru. Di samping itu seratus dua puluh tiga (123) kali Ia disebut rabbi dan dua (2) kali rabboni yang juga berarti guru. Yesus sendiri menyebut diri-Nya guru (Mat. 23:8; Mrk. 14:14; Luk. 22: 11; Yoh. 13:13-14). Terlihat jelas di mana kegiatan Yesus lebih sering digambarkan dengan kata “mengajar” daripada dengan kata kerja “memberitakan” atau “ berkhotbah”. Kata kerja didasko (mengajar) dalam berbagai bentuknya telah dipakai sembilan (9) kali dalam Matius, lima belas (15) kali dalam Markus dan Lukas, delapan (8) kali dalam Yohanes. Yesus sangat mementingkan pekerjaan mengajar. Misalnya, dalam Markus 9 dicatat bahwa Yesus tidak mau ditemui atau diganggu orang karena Ia sedang mengajar. Yesus tidak hanya disebut  rabi (guru) oleh para murid-Nya tetapi juga disebut rabi oleh para musuh-Nya (Mrk. 12: 13-14). Yesus disapa sebagai seorang rabi (guru) oleh karena Ia pernah dididik dalam sekolah yang mempersiapkan bakal rabi (guru). Di rumah ibadat Nazaret Ia dihormati sebagai seorang rabi (guru) pengunjung (Luk. 4: 16-21). Naradidik Yesus adalah orang dewasa. Hanya ada satu dua kejadian di mana kitab-kitab mencatat bahwa anak-anak kecil disapa Yesus secara langsung sebagai naradidik Yesus.
Karena itu panggilan sebagai pelayan menjadi guru Sekolah Minggu adalah merupakan karunia dari dan mengajar adalah tugas yang paling mulia. Guru Sekolah Minggu adalah orang yang dipanggil Allah atas inisiatif Allah sendiri untuk membawa anak-anak kepada Allah. Guru Sekolah Minggu mengajarkan kepada anak-anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak bisa melakukan menjadi bisa melakukan. Guru  Sekolah Minggu perlu memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik, misalnya mempunyai pengetahuan tentang anak, pemahaman tentang Firman Tuhan dan karakter yang sesuai dengan kehendak Tuhan, yang telah memiliki hidup dalam Kristus, yang melayani yang bersandar pada kuasa Roh Kudus, yang baik dalam kesaksian hidupnya sehingga ia bisa menjadi teladan  kepada muridnya, seorang yang  memahami bahwa pelayanan pendidikan kepada anak Sekolah Minggu adalah panggilan Allah. Ia dapat tetap teguh dalam iman, sabar dan setia sampai akhirnya.[6]


[1] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 335.
[2] www. Wikipedia bahasa Indonesia, diakses pada tanggal 15 Maret 2015
[3] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), 123

[4] Hasan Susanto, Homiletik, Prinsip dan Metode Berkhotbah, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 28-29.
[5] Daniel Stefanus,Sejarah Pak Tokoh-tokoh Besar Pak, (Bina Media Informasi, Jl. Ancol Timur III No. 58, Bandung, 2009), 7-9.
[6] Mary Go Setiawani, Pembaharuan Mengajar, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2005), 7-9.

No comments:

Post a Comment